Aku bingung mengungkapkannya
dalam kata-kata itu bagaimana. Tidak berlebihan jika aku menyebutnya cinta pada
pandangan pertama. Ya asal kau tahu, semenjak aku melihatmu, hmm kira- kira
saat temu teknik ospek di kampus tercinta, aku merasakan ada yang aneh saat
melihatmu, entah itu rasa atau hanya perasaanku saja.
Sepertinya aku tidak
asing lagi dengan dirimu, namun ah aku anggap itu hanya fantasiku yang merasa
panas akan suhu udara Kota Tegal tercinta ini. Aku mengenalmu lebih dekat
ketika pulang temu teknik itu. Namun aku tak berpikir kejadiannya akan lebih
seperti sekarang karena memang aku tak berniat atau belum berniat untuk
menjalin atau memulai atau membuat suatu status hubungan dengan siapapun
kecuali sebagai teman.
Lambat laun sebenarnya rasa itu
semakin bertambah, sejenak aku merasakan kaulah orangnya, namun seiring itu
juga, aku merasa mungkin perasaanku salah. Aku terus mengelak perasaanku
sendiri dengan dalih sahabat. Ya, bukankah kita semakin akrab saja kian
berjalannya waktu? Aku mencoba mengalihkan perasaan ini pada orang lain,
walaupun sebenarnya aku tak bisa membohongi diri sendiri tapi diriku sendiri
yang membohongiku. Tak berlebihan, karena saat itu kabarnya dia sedang dekat
dengan laki-laki lain, hmm kabarnya sih kakak kelas, mungkin dia lebih memilih
yang lebih tua, secara umurku agak jauh lebih muda darinya. Dan mungkin kau
tahu kan, aku menggantung seseorang, sampai-sampai itu agak merusak
komunikasiku dengan orang itu, ya itu karena kamu. Bukan dia yang ku inginkan,
tapi kamu. Aku hanya berusaha mencari kecocokan jika memang dirimu sudah atau
akan bersama orang lain.
Mungkin kau masih ingat status Fbku yang berkaitan dengan
keamanan negara atau celana ketat lebih tepatnya. Sebenarnya mungkin tak
sengaja aku sengaja memang sedikit menyidirmu, semua aku lalkukan agar kau
terlihat sempurna dimata orang-orang. Tak mungkin aku katakan langsung hal-hal
semacam itu kepadamu.
Dan sekarang, entah aku lupa tepat tanggalnya, kita memulai suatu status
yang ingin segera aku rubah menjadi status yang lebih halal. Maaf mungkin watu
itu bukan bermaksud menggantung atau berlama-lama atau memainkan perasaanmu,
aku hanya takut dengan kata “Tidak”. Aku menunggu kamu agar pasti mengatakan
iya. Sekarang juga aku selalu berpikir untuk menjadi yang terbaik bagimu,
menjadi pembimbing seperti yang kau harapkan dan menjadi apa yang kita inginkan
kelak. Aku janji pada diriku sendiri akan berusaha sekuat hatiku.
Seiring berjalannya waktu aku
berpikir, apa bagusnya diriku. Aku sudah mengatakan semuanya akan diriku. Begitu
banyak kekurangan yang ada pada diriku. Atau mungkin kau kecewa karena tidak
bisa seperti pasangan-pasangan lain pada umumnya, ya bukan karena aku tak mampu
atau aku tak mau, aku belum ingin sesumbar untuk ini itu, kalau mau aku bisa
saja menjadi seperti mereka, tapi aku tak mau, walaupun kau menginginkannya,
tapi inilah diriku. Bukannya bermaksud egois, tetapi aku hanya ingin menjadi
sederhana, aku ingin menjaga agar kopi itu tetap hangat sampai malam menjelang
menemaniku sepanjang hari.