Selasa, 03 September 2013

Catatan Kepala Panci Bingung

Aku bingung mengungkapkannya dalam kata-kata itu bagaimana. Tidak berlebihan jika aku menyebutnya cinta pada pandangan pertama. Ya asal kau tahu, semenjak aku melihatmu, hmm kira- kira saat temu teknik ospek di kampus tercinta, aku merasakan ada yang aneh saat melihatmu, entah itu rasa atau hanya perasaanku saja.
Sepertinya aku tidak asing lagi dengan dirimu, namun ah aku anggap itu hanya fantasiku yang merasa panas akan suhu udara Kota Tegal tercinta ini. Aku mengenalmu lebih dekat ketika pulang temu teknik itu. Namun aku tak berpikir kejadiannya akan lebih seperti sekarang karena memang aku tak berniat atau belum berniat untuk menjalin atau memulai atau membuat suatu status hubungan dengan siapapun kecuali sebagai teman.
Lambat laun sebenarnya rasa itu semakin bertambah, sejenak aku merasakan kaulah orangnya, namun seiring itu juga, aku merasa mungkin perasaanku salah. Aku terus mengelak perasaanku sendiri dengan dalih sahabat. Ya, bukankah kita semakin akrab saja kian berjalannya waktu? Aku mencoba mengalihkan perasaan ini pada orang lain, walaupun sebenarnya aku tak bisa membohongi diri sendiri tapi diriku sendiri yang membohongiku. Tak berlebihan, karena saat itu kabarnya dia sedang dekat dengan laki-laki lain, hmm kabarnya sih kakak kelas, mungkin dia lebih memilih yang lebih tua, secara umurku agak jauh lebih muda darinya. Dan mungkin kau tahu kan, aku menggantung seseorang, sampai-sampai itu agak merusak komunikasiku dengan orang itu, ya itu karena kamu. Bukan dia yang ku inginkan, tapi kamu. Aku hanya berusaha mencari kecocokan jika memang dirimu sudah atau akan bersama orang lain.
Mungkin kau masih  ingat status Fbku yang berkaitan dengan keamanan negara atau celana ketat lebih tepatnya. Sebenarnya mungkin tak sengaja aku sengaja memang sedikit menyidirmu, semua aku lalkukan agar kau terlihat sempurna dimata orang-orang. Tak mungkin aku katakan langsung hal-hal semacam itu kepadamu.
Dan sekarang, entah aku lupa  tepat tanggalnya, kita memulai suatu status yang ingin segera aku rubah menjadi status yang lebih halal. Maaf mungkin watu itu bukan bermaksud menggantung atau berlama-lama atau memainkan perasaanmu, aku hanya takut dengan kata “Tidak”. Aku menunggu kamu agar pasti mengatakan iya. Sekarang juga aku selalu berpikir untuk menjadi yang terbaik bagimu, menjadi pembimbing seperti yang kau harapkan dan menjadi apa yang kita inginkan kelak. Aku janji pada diriku sendiri akan berusaha sekuat hatiku.
Seiring berjalannya waktu aku berpikir, apa bagusnya diriku. Aku sudah mengatakan semuanya akan diriku. Begitu banyak kekurangan yang ada pada diriku. Atau mungkin kau kecewa karena tidak bisa seperti pasangan-pasangan lain pada umumnya, ya bukan karena aku tak mampu atau aku tak mau, aku belum ingin sesumbar untuk ini itu, kalau mau aku bisa saja menjadi seperti mereka, tapi aku tak mau, walaupun kau menginginkannya, tapi inilah diriku. Bukannya bermaksud egois, tetapi aku hanya ingin menjadi sederhana, aku ingin menjaga agar kopi itu tetap hangat sampai malam menjelang menemaniku sepanjang hari.